Minggu, 20 Maret 2016

Menghargai Kesempatan Melatih Diri 12


Menghargai Kesempatan Melatih Diri
Bagian 12

Tidak Melancong
Seringkali ketemu ada orang yang mengatakan bahwa melancong itu amatlah perlu. Contohnya : supaya dapat menghirup udara segar! Memandang sungai dan gunung, agar hati jadi lapang, tidak dibilang kampungan, menambah pengetahuan! Jiwa raga jadi rileks, menambah pengalaman untuk pekerjaan nanti!

Padahal tak terpikir bahwa sesungguhnya ini adalah menukar dengan bentuk penderitaan yang lain. Ketika belajar tentang Dukkha, disebutkan bahwa ini serupa dengan memikul beban di salah satu pundak, lama kelamaan gantian satu pundak lainnya yang memikul beban tersebut.

Yang semula tinggal begitu nyaman di rumah, tetapi sekarang malah berubah jadi kedua kaki harus berjalan tanpa henti, mata sibuk memandang ke sana kemari, melihat di sini ada panorama baru, di situ ada hal baru apa, apakah pada saat begini, sambil berjalan akankah muncul pemikiran tentang Dukkha (derita), Sunyata (kekosongan) dan Anitya (ketidakkekalan)? Apakah juga teringat akan Anatta (tanpa aku), bagaikan mimpi juga bagaikan khayalan?     

Saat tenang saja tidak ada, apalagi saat bergerak? Bagaimana mungkin ada? Bukankah melewati waktu dengan sia-sia?

Kenyataannya, berpesiar tidak ada kaitannya dengan Jalan Pembebasan, juga tidak ada kaitannya dengan mencapai KeBuddhaan dan menyelamatkan para makhluk. Jika ada kaitannya, maka lebih baik lahir ke Surga saja, panorama Alam Surga lebih bagus lagi daripada di sini. Tetapi setiap hari menikmati panorama surgawi, juga tidak bisa terbebas dari roda samsara, apalagi panorama di alam manusia yang tak sebanding ini!

Jadi apakah seorang praktisi perlu menghabiskan banyak uang, waktu, tenaga untuk hal begini? Niat dari melancong adalah karena anda menyukai roda samsara. Suka pada roda samsara, hasilnya adalah menambah kemelekatan pada tumimbal lahir, maka itu bagi seorang praktisi, melancong adalah hal yang tidak bermanfaat.

Konon Master Xu Yun pernah suatu kali berangkat dari Gunung Huang di Anhui menuju ke Nanjing dan bermalam di Vihara Pi Lu. Saat pagi hari dia mulai menempuh perjalanan dengan koper yang bersahaja. Ketika hari mulai gelap, dia tetap melanjutkan perjalanan, tidak lama kemudian sampailah di gerbang Kota Nanjing. Beberapa langkah kemudian dia berhasil mencapai Vihara Pi Lu.

Master Xu Yun berangkat sejak pagi hari, menelusuri perjalanan hingga mentari terbenam di ufuk barat, seharian lamanya, apakah sudah makan siang atau belum, beliau juga tidak tahu; berapa banyak sungai yang telah dilewati, beliau juga tidak tahu; sepatu beliau sudah rusak, beliau juga tidak tahu.

Master Xu Yun begitu giat melatih diri, demi mengakhiri tumimbal lahir, segala sesuatu yang tidak ada kaitannya takkan dipedulikannya, mana ada minat untuk menikmati panorama alam!     

Petikan Kelas Belajar Penjelasan Sutra Usia Tanpa Batas
Edisi 207
Laporan belajar dari Venerable Zi-liao
Tanggal 5 Maret 2016
Bertempat di Pure Land Learning College Association, Australia



珍惜暇滿人身寶
(十二)

戒旅遊
常見有人談旅遊的必要。比如:要感受大自然的神聖了!大好河山要遊歷遊歷,開拓心胸、眼界,增長見識了!身心得到放鬆,更有利於以後的學習工作了!
哪曾想過,這只是在換一種苦。學苦諦時講過,這就像擔子壓在一肩上,時間長了又換到另一肩上。原先待在家裡、單位裡,現在換成兩隻腳不停的走,眼睛東張西望,看到這裡有新鮮的畫面,那裡有什麼景象,這時候是邊看邊生起了苦、空、無常想嗎?想到了無我、如夢如幻嗎?靜時都不見有,動時怎麼會有呢?不是虛度時光嗎?實際上,這跟解脫沒有直接關係,跟成佛度眾生沒有直接關係。如果有關係,不如生天好了,天界的景色比這裡好多了。但天天看天色天景,也不會解脫,何況人間的三山五嶽!
講出離心時,曾經講過所有的輪迴盛事都是欺誑人的,不說看這山山水水,就算家住在頤和園,在皇宮裡享樂,問你是不是修行人?要不要厭捨這些?要不要把它看成火宅?既然是火宅,為什麼還為它耗費錢財、時間、精力?旅遊的動機就是你喜愛輪迴。喜愛輪迴的結果就是增長對輪迴的愛著,直接是出離心的違品,所以,對修行是不利的。
據說虛雲老和尚有一次從安徽黃山去南京毗盧寺掛單。早晨揹著簡單的行囊出發。在他感到天色不早時,就睜開眼睛往前看,發現已經到了南京城的城門。再往前走,又一抬頭,到了毗盧寺的山門。他從早上出發到太陽快落山,整整一天,吃沒吃過中飯,他不知道;過了幾條河、過沒過,他也不知道;鞋子走掉了,光著腳,他也不知道。虛老是這樣用功。為了了生死,什麼都不顧,哪有心思看山看水!

無量壽經科註第四回學習班  自了法師、妙音  (第二O七集)  2016/3/5  澳洲淨宗學院