Sabtu, 25 Oktober 2014

Perjalanan Jauh Kala Mentari Terbenam 02



Perjalanan Jauh Kala Mentari Terbenam
Bagian 2

Beberapa hari yang lalu ada seorang umat wanita yang memberitahukan padaku, pada jaman dahulu kala wanita paruh baya yang telah mencapai usia 45 tahun akan menjahit pakaian pemakamannya, mempersiapkan segala sesuatu untuk upacara pemakamannya, sementara umat wanita itu sendiri sudah mendekati usia 45 tahun, maka itu dia bersiap-siap untuk membuat pakaian pemakamannya.

Masyarakat selalu menganggap hal ini sebagai sebuah hal yang tabu, namun bagi seorang praktisi hal ini malah merupakan sebuah cara yang bagus, mengingatkan diri sendiri akan ketidakkekalan yang dapat terjadi sewaktu-waktu, kematian merupakan masalah terbesar dalam kehidupan manusia. Di dalam “Kisah para praktisi yang terlahir ke Alam Sukhavati”, terdapat seorang yang bernama Wu Bing-xin, dia sengaja membuat sebuah peti mati, setiap malam dia tidur di dalam peti mati tersebut, dengan cara ini mengingatkan diri sendiri untuk senantiasa membuat perenungan tentang kematian.

Pada masa Dinasti Song Selatan, saat Kaisar Gao-zong memerintah, Wu Bing-xin diangkat menjadi pejabat istana, oleh karena berbeda pendapat dengan Qin Hui, lalu diturunkan menjadi rakyat biasa, maka dia pulang ke kampung halamannya, dia membangun sebuah gubuk kecil, siang malam melatih diri, meminta seorang tukang membuatkan sebuah peti mati, malam harinya dia tidur di dalam peti mati.

Setiap tiba fajar menyingsing dia berpesan pada pembantu ciliknya untuk mengetuk peti mati sambil bernyanyi : “Wu Bing-xin, lekaslah pulang, Trailokya tidak aman tidak boleh ditempati, Tanah Suci Penjuru Barat ada singgasana Teratai, lekaslah pulang!”  Wu Bing-xin begitu mendengar nyanyian ini segera bangun dan melatih diri.
(catatan : Trailokya adalah Kamaloka, Rupaloka dan Arupaloka)

Setelah melewati sebuah jangka waktu yang sangat panjang, Qin Hui meninggal dunia, maka itu dia diundang ke istana kekaisaran dan diangkat menjadi asisten menteri. Tidak berapa lama kemudian dia menjabat menjadi Hakim di Changzhou.  Lalu diutus kembali ke istana, di tengah perjalanan dia singgah dan menginap di Xiaoshan, lalu dia beristirahat, sejenak kemudian dia memanggil anggota keluarganya untuk mendengar dengan seksama, terdengar sebuah alunan irama surgawi.

Wu Bing-xin berkata : “Jiwa sejati yang awalnya memang suci dan jernih, karena kehilangan arah sehingga datang ke dunia ini,  singgasana teratai emas kini telah tiba, saya juga harus pergi!”, setelah menyelesaikan ucapannya, dia meninggal dunia dengan damai.


Petikan dari Kelas Belajar Penjelasan Sutra Usia Tanpa Batas
Edisi : 94
Tanggal : 18 Oktober 2014
Bertempat di : Pure Land Learning College Association, Inc., Australia



日暮途遠
(二)
             
前些天有位女居士告訴我,古代的婦女到了四十五歲就要做壽衣,準備後事,她說她快四十五歲了,也準備做一套壽衣。世間人會覺得不吉祥,但這對修行人是很好的方式,提醒自己無常迅速,生死事大。《淨土聖賢錄》有這麼一個人,吳秉信,他特地做了一個棺木,每天晚上睡在棺木中,以這種方式提醒自己時時作臨終想。南宋高宗紹興年間,吳秉信在朝廷任官,因為與秦檜意見相違,被貶斥為平民,於是回到故鄉,在州城的南邊建築一間小屋,日夜寂然的靜坐修行。叫人做一個棺木,夜裡則在棺木中睡覺。每到天亮時,就叫童子敲叩棺木並唱曰:「吳信叟,歸去來,三界無安不可住,西方淨土有蓮胎,歸去來!」吳秉信一聽到童子唱歌,即起來習禪課誦。經過很長一段時間後,秦檜死去,因此又被朝廷召為禮部侍郎,不久後又出任常州的知府。紹興二十六年,被召回京城,經過蕭山驛站的旅舍時,吳秉信靜坐休息,才過一會兒,即叫他的家人仔細靜聽,大家都聽到天樂之聲。吳秉信即說:「在清淨法界的本性中,因為失念而來到此世間,金台既然已經到了,我也該走了!」說完之後,即安然往生。

無量壽經科註第四回學習班  (第九十四集) 

2014/10/18  澳洲淨宗學院  檔名:02-042-0094