Senin, 17 November 2014

Bodhisattva Teladan 04



Kelas Belajar Penjelasan Sutra Usia Tanpa Batas (Edisi 96) 1 November 2014
(Sharing dari Venerable Can-kui)
Bodhisattva Teladan --- Upasika Zhuang Ya-qin
Bagian 4

Teladan Kebajikan Yang Patut Dihormati

Mengenang kembali teladan yang diberikan oleh ibunda dalam tindakan nyata, putra putrinya merasa sangat terharu. Upasika Zhuang dalam keseharian tidak pernah berbohong, lidahnya dapat menutupi hidungnya. Putrinya pernah memohon pada beliau untuk memperlihatkannya pada Venerable Wu Zhuang dan dokter Zhang, mereka juga terkesima dan berkata : Amituofo, sungguh menakjubkan!”

Master Chin Kung berkata, ketulusan merupakan sifat sejati yang memang ada pada diri kita sejak semula, namun karena tersesat, sehingga rupa menakjubkan yang memang sudah ada di dalam diri kita tidak bisa muncul keluar. Buddha memberitahukan pada kita, manusia biasa yang selama tiga masa kehidupan tidak pernah berbohong, buah akibat yang diterimanya adalah lidahnya akan lebih panjang daripada orang lain pada umumnya, bila dijulurkan keluar dapat menutupi hidungnya.    

Dalam kehidupan keseharian, Upasika Zhuang memang tidak berani mengatakan sepatah kata dusta. Terkadang putra putrinya berbuat ulah, supaya dia berbohong demi kebajikan pada temannya, dia akan menolaknya dengan berkata : “Jangan sekali-kali mencoba untuk berbohong”. Ketika orang lain mengajukan pertanyaan yang sensitif padanya, maka wajahnya akan memerah dan menjawab : “Saya tidak mengerti juga tidak mengetahuinya.

Apabila putra putrinya bertanya padanya : “Bagaimana menurut mama tentang pakaian yang kami kenakan?”. Andaikata tidak bagus, maka dia akan memberi jawaban dengan bijaksana: “Tidak terlalu buruk, tetapi tidak bisa dibandingkan dengan yang bagus”. Ucapannya cukup sederhana namun cukup jelas.

Suara Upasika Zhuang serupa suara pria. Biasanya dia suka mempersembahkan dana buat anggota Sangha, meskipun keluarganya bukanlah tergolong keluarga kaya raya, namun di dalam tasnya terdapat setumpuk angpau. Tak peduli anggota Sangha manapun yang ditemuinya, tak peduli anggota Sangha itu melatih pintu Dharma yang mana, dia juga sangat menghormati mereka, mempersembahkan dana dengan setara, jumlah yang ada di seluruh angpaunya memiliki nilai yang sama.

Dalam memperlakukan orang lain dan menangani masalah, Upasika Zhuang memiliki pandangan yang adil merata terhadap keseluruhannya, selalu menasehati putra putrinya bahwa sebagai manusia hendaknya dapat harmonis dengan orang lain, jangan sampai menyakiti pihak lain. Tidak suka menggosip dan membicarakan kekurangan orang lain, harmonis dengan semua insan, memuji, menjalin jodoh baik secara meluas, tidak menjalin jodoh buruk.  

Beliau juga sangat berhemat cermat, makanan yang tersisa selalu disantapnya dengan diam-diam. Beliau juga tidak pernah menyebarluaskan masalah keluarganya keluar, sepanjang hidupnya telah mengalami banyak ketidakadilan, namun dia tak pernah mengeluh sama sekali.

Sejak kecil Upasika Zhuang hidup dalam keluarga yang kurang mampu, kehidupan juga susah, kenyang akan pahit getirnya kehidupan. Ayahnya yang bernama Ceng Tian-en adalah seorang guru dengan penghasilan yang pas-pasan, tidak berdaya menafkahi keluarga, dengan terpaksa dan menahan hati yang remuk harus menjual Upasika Zhuang kepada tetangganya yang tidak memiliki anak, untuk digantikan dengan 30 Yuan RMB, lalu namanya diganti menjadi Zhuang Ya-qin, sejak itu dia berpisah dengan ayahbunda kandungnya, selanjutnya juga tidak ada kabarnya lagi.

Saat Perang Dunia Kedua meletus, dia masih berusia 6 tahun, dia mengikuti ayah adopsinya yang bernama Zhuang Kui-shui menumpang kapal laut hingga sampai di Asia Tenggara untuk menghindari bencana perang, berbagai kesulitan telah dialaminya, tiba di Singapura dia mulai bekerja, belajar memasak nasi, menjahit, bahkan harus bekerja di lahan proyek pembangunan mengangkat semen, batu-batuan, hingga bahunya menjadi terluka dan bernanah.

Sepanjang hidupnya Upasika Zhuang mengalami banyak penderitaan dan hidup sederhana, saat bekerja hanya minum teh dingin, air putih, sayur asin, ubi rambat, bubur dingin, beliau hanya diam menahan sabar, tidak mengeluh sama sekali. Banyak kisah menyayat hati yang terungkap dari penuturan sahabat-sahabatnya.

Setelah belajar Ajaran Buddha, dia semakin tidak banyak bicara, bila ditanya maka dia akan menjawab saya tidak tahu. Bertemu dengan siapapun dia akan menyalami atau merangkul mereka, dengan wajah penuh senyum berkata pada orang lain : “Amituofo, apakah anda sudah makan?”. Selanjutnya tidak ada lagi kata kedua yang terucap dari mulutnya.

Bodhisattva Jueming Miaoxing berkata : “Kurangi satu perkataan, perbanyak melafal sepatah Amituofo, matikan niat pikiranmu, hidupkan Dharmakaya mu”.  Master Chin Kung mengajari kita, terutama bagi praktisi yang benar-benar membangkitkan niat, ingin dalam satu kehidupan ini juga keluar dari enam alam tumimbal lahir, yang ingin keluar dari Dasa Dharmadhatu, mana mungkin punya waktu untuk mendekati jodoh luar yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan pelatihan diri kita? Melafal Amituofo lebih penting, membaca Sutra Usia Tanpa Batas adalah lebih penting, Semua hal, segala waktu, semua tempat, hendaknya senantiasa menjaga kesucian hati, agar setiap niat yang timbul dapat terjalin dengan jalan kebenaran.

Saat putra putrinya sedang mengalami hal yang tidak menyenangkan di luar, lalu pulang ke rumah mengadu pada bunda tentang ketidakadilan yang dialaminya di luar rumah, Upasika Zhuang akan menasehati mereka : “Siapa yang melatih diri maka dia yang akan memperoleh hasilnya, bagi yang tidak melatih diri maka takkan memperoleh apa-apa; siapa yang makan maka dia yang akan merasa kenyang.  

Beliau selalu memotivasi putra putrinya agar dapat melapangkan hati, belajar mengulurkan tangan membantu orang lain, bekerja dengan sukacita dan ikhlas menerima apa adanya, menjalin jodoh baik dengan semua orang, jangan sekali-kali menggosip orang lain. Dalam keseharian Upasika Zhuang adalah orang yang pendiam, namun begitu membuka mulut maka ucapannya adalah teori-teori yang hendaknya memaafkan dan memaklumi orang lain.

Dia mengajarkan putra putrinya untuk menjalin jodoh yang baik dengan orang lain, belajar untuk selalu tersenyum, seperti yang dikatakan oleh Guru Cai dalam “Ceramah Tentang Kehidupan Manusia Yang Bahagia”. Maka itu dalam keseharian bila bertemu orang lain dia akan melemparkan senyumannya dan menyapa dengan tangannya.

Jalinan jodoh Upasika Zhuang sangat bagus, keluar rumah dan menumpang bus umum, pasti ada orang yang akan memberinya tempat duduk, tetapi dia juga akan mengalah dan memberikannya lagi kepada orang lain. Dia selalu mengalah dan membiarkan orang lain naik ke bus terlebih dulu, pernah suatu kali karena mengalah hingga urutan terakhir, sehingga dia harus menumpang bus yang berlainan dengan putranya.

Dalam berjanjian dengan orang lain, dia tidak pernah membiarkan orang lain menunggu kedatangannya, dia berkata : “Tidak boleh membiarkan orang lain menanti, sebaliknya menunggu orang lain merupakan hal yang paling gembira, semakin menanti semakin senang. Setiap kali berjanjian maka dia akan hadir lebih awal, meskipun harus menunggu dua atau tiga jam juga sangat bersukacita. Dia akan menggunakan waktu untuk menunggu buat melafal Amituofo di dalam hati atau menghitung tasbih melafal Amituofo. Ini seharusnya merupakan cara beliau untuk melatih kesabaran dan tanpa keakuan.

Menurut penuturan putra putrinya, kehidupan ibundanya praktis, sederhana dan tekun, tiada keinginan, tiada permohonan, takkan memanfaatkan orang lain dan mengambil keuntungan darinya, tidak sembarangan emosi, tidak pernah mencurigai orang lain, atau sembarangan menerka-nerka, apapun dibilangnya tidak paham, tidak tahu, hanya tahu menfokuskan diri melafal Amituofo berkesinambungan, menfokuskan diri pada satu pintu Dharma dan mendalaminya, melatihnya berkesinambungan untuk jangka panjang.

Dalam berada bersama dengan orang lain, Upasika Zhuang tidak pernah memiliki pendapatnya sendiri, hanya diam dan menuruti apa adanya, tidak pernah mengeluarkan sepatah katapun, di dalam hati melafal Amituofo. Maka itu dia memperoleh perhatian dan kasih sayang dari para sahabatnya, dijuluki sebagai si penurut.  

Sepanjang hidupnya dia telah mengalami pahit getirnya kehidupan serta menahan kesabaran dan sanggup bekerja keras, pakaian yang dikenakannya adalah yang sudah ditambal-tambal, bahkan pakaian putra putrinya juga dijahitnya sendiri. Ketika menemani keluarganya berbelanja di mall, dia juga takkan tertarik dengan potongan harga yang ditawarkan oleh pihak penjual.

Ketika putranya hendak membelinya pakaian, dia selalu berkata jangan menghamburkan uang. Ketrampilan menjahitnya sangat bagus, pakaian dapat diubahnya menjadi cantik, bahkan sampai saat jatuh sakit terbaring di tempat tidur, juga dapat menggunakan satu tangan dengan perlahan menambalnya.

Dia juga sering berpesan pada putra putrinya agar tidak boros dalam penggunaan air, jangan sampai mengurangi berkah. Baik membasuh muka maupun mandi, dia hanya cukup menggunakan seember kecil air saja, takkan memboroskan air.

Upasika Zhuang juga takkan diputar oleh kondisi, nonton film serial maupun berita takkan dipengaruhi oleh alur cerita maupun pemerannya. Dia sangat suka menonton film serial yang mengisahkan pendidikan keluarga yang berjudul “Kasih Sayang”.

Putrinya berkata : “Master Chin Kung berkata tidak boleh menonton televisi. Upasika Zhuang berkata : “Kalian tidak memahami maksud dari perkataan guru. Guru berkata film boleh ditonton, jalan-jalan ke mall juga boleh-boleh saja, namun tujuannya adalah untuk menguji kesucian hati dan kekuatan samadhi diri sendiri, untuk melihat apakah masih bisa diputar oleh kondisi atau tidak, terhadap keadaan menyenangkan apakah masih bisa timbul keserakahan? Sebaliknya terhadap kondisi tidak menyenangkan apakah akan timbul kebencian? Apakah takkan ada lagi keraguan dan takkan lagi terlena olehnya?”

Dia berkata bahwa serial yang berjudul “Kasih Sayang” itu sangat bagus, ada sisi yang dapat menjadi pelajaran buat kita, asalkan tidak timbul niat pikiran, memahami bahwa segala sesuatu yang memiliki rupa merupakan khayalan semu, maka ini sudah cukup bagus.

Upasika Zhuang hanya membeli barang-barang yang benar-benar dibutuhkan saja, tidak membeli selebihnya lagi, menjelang Imlek juga takkan pergi membeli baju baru. Dia selalu berkata bahwa kita tidak boleh memiliki hati yang serakah, jangan mendambakan ketenaran, menjadi manusia yang jujur dan  benar, jangan berbohong, jangan salah pengertian dan mencurigai orang lain.  

Benda dan urusan sebaiknya semakin sedikit semakin bagus. Dia mengajari putra putrinya, jangan mendengar gosip, hati harus teguh, bila tidak memiliki ketetapan hati bagaimana bisa melafal Amituofo? Dia berkata : “Kalian harus memakai akal sehat untuk berpikir, jangan emosi, hati jangan sampai bergejolak”. Nasehat ibunda yang disertai dengan tindakan nyata meninggalkan pengaruh mendalam bagi putra putrinya.    
    


無量壽經科註第四回學習班  (第九十六集) 2014/11/1
   節錄自 :慚愧法師報告 --- 莊亞琴老居士生平事跡
  (四)

懿德堪欽

回憶起母親一生的身行言教,兒女們感動不已。

莊老居士生平從不打妄語,她的舌頭可以舔到鼻尖。女兒曾經要求她將舌頭舔到鼻尖,展現給淨宗學院的悟莊法師和張醫生看,她們都驚喜的說:阿彌陀佛,太棒了!蕅益大師在《阿彌陀經要解》中解釋「出廣長舌相」經文時說:「常人三世不妄語,舌能至鼻。藏果頭佛,三大阿僧祇劫不妄語,舌薄廣長可覆面。今證大乘淨土妙門,所以遍覆三千,表理誠稱真,事實非謬也。」老法師說,真誠是我們本性之德,迷失性德之後,性具的妙相就不能現前。佛告訴我們,常人就是一般人,如果三世不妄語,他的果報一定是舌相比一般人要長,伸出來可以舔到自己的鼻子。

在日常生活中,莊老居士確實是一句謊話都不敢說。有時兒女淘氣,讓她給朋友說一點善意的謊言,她也一口拒絕說:千萬不可以說騙話。當別人問及她一些較敏感的問題,她總是臉色發紅,回答說:我不懂,不知道。兒女若是問起,我們搭配的服裝好看嗎?

若是不好看,她會很有智慧的說:並不難看,但漂亮就論不上。其言語之質樸實在亦可見一斑。

莊老居士聲音是男音,沒有女音。平日她很喜歡供養法師紅包,雖然家境並不富有,但皮包裡都有一大包紅包。無論遇到哪位法師,無論他修學哪個法門,她都非常尊敬,平等供養,紅包裡的金額都是相同的。

莊老居士對人、對事一律平等對待,常常教導兒女:「一面抹牆,雙面光亮(閩南話)。」意思是做人要圓融,不要得罪任何一方。不要論是非善惡,兩面圓融、讚歎,廣結善緣,不結惡緣。她很節儉,剩下來的食物總是自己默默的吃。她從來不會家醜外揚,一生吃了很多虧,也從不說一句怨言。

莊老居士自幼家境貧困,生活清苦,飽經磨難。父親曾添恩是一位老師,收入微薄,無力養家,不得已忍痛將她賣給無有子嗣的鄰居,換取三十元人民幣,改名莊亞琴,從此骨肉分離,杳無音訊。二戰爆發時她六歲,跟著養父莊奎水坐船到南洋逃難,歷經艱難,來到新加坡做工,學習煮飯、縫紉,還到工地去挑水泥、石頭,挑到肩膀都受傷潰爛。

莊老居士一生吃苦穿補,工作時只喝冷茶、白開水、吃鹹菜、番薯、冷粥,她沉默隱忍,毫無怨言,很多心酸的經歷都是從好友口中透露的。學佛後她更是很少講話,問她什麼她都說我不懂、不知道。她見到任何人都會握握他們的手或擁抱,笑臉融融的對人說:阿彌陀佛,你吃飽了嗎?再來就不講話了。

覺明妙行菩薩說:「少說一句話,多念一聲佛,打得念頭死,許汝法身活。」老法師教導我們,特別是一位真正發心,想在這一生出離六道、出離十法界的人,哪有時間去接觸這些不相干的外緣?還是念佛要緊,讀誦大乘要緊。一切事、一切時、一切處,要知道養自己的清淨心,讓自己念念與道相應。

兒女回家心煩抱怨,老居士就說:公修公得,婆修婆得,不修不得;各人吃飯各人飽。還用閩南話教導兒女:氣死驗無傷。鼓勵兒女要放開心量,學會幫助別人,做事情要歡喜做甘願受,與每個人都要結善緣,千萬不可以論人是非。她平日沉默寡言,但一開口就是這些飽含人生哲理的話。她教導兒女一定要跟人結善緣,要學會微笑,就像蔡老師《幸福人生講座》中所說的那樣。所以她平常見到人都會微笑和招手。

莊老居士人緣很好,出門搭公車一定會有人給她讓座,但是她都會再讓給別人。她總是讓別人先上車,有一次讓到最後,竟然和兒子坐上了不同的巴士。她從來不給人家等,她說:不可以給人家等,等人是最開心的,愈等愈開心。每次赴約她都會提前去,即使等二、三個小時都很歡喜。她在等人的時候都默念佛號,或拿著念珠念佛。這應該是她修耐心、忍辱、無我的方法。

據她的子女回憶說,母親的生活簡單、樸素,沒有欲望,沒有要求,不貪小便宜,不亂發脾氣,從不懷疑別人,或胡亂猜測,什麼都說不懂,不知道,只會老老實實一向專念,阿彌陀佛,一門深入,長時薰修。

莊老居士與人相處沒有任何意見,只有靜靜聆聽,從不發言,心裡專心的念佛。因此受到朋友們的愛戴與關懷,被稱作阿乖。她一生吃苦耐勞,穿的都是補過再補的,連兒女的衣服都是一針一線縫紉出來的。陪家人去購物,她從不會被便宜貨誘惑。兒子想要給她買衣服,她總是說不要浪費錢。她女紅做得很好,衣服可以改得很漂亮,連臥病在床時,也能夠用一隻手慢慢的縫縫補補。她還經常教兒女,不能浪費水,不要損福。她洗臉或洗澡都只用一小桶的水,絕對不浪費。

莊老居士不會被境界所轉,看電視劇、新聞不被劇情或演員所影響。她很喜歡觀看講述家庭倫理的電視連續劇「愛」。女兒說:老法師說,不能看電視。她說:妳們沒有聽懂老法師的話,老法師說戲可以看,街可以逛,就當作是考驗自己的清淨心與定功,看會不會被境界轉,對順境是否會起貪心?對逆境是否會起瞋恨心?能否不再懷疑、不痴迷?她說:「愛」這部戲很好,有值得我們學習的地方,只要不動心,明白凡所有相皆是虛妄,就可以了。

莊老居士只買必需品,不買奢侈品,過年也不會去買衣服。她常說你們不可以有貪心,不可以有名,要腳踏實地,不可以講騙話,不要猜疑。東西和事情都是愈少愈好。她教兒女,不可以耳朵輕,閒言閒語不要聽,心要定,不定怎麼念佛?她說:你們要用頭腦想,不要衝動,不要心浮氣躁。母親的身教和言教,對兒女產生了至深的影響。